Beranda | Artikel
Silsilah Fiqih Doa dan Dzikir #130: Menghayati Doa
Senin, 17 Oktober 2022

Salah satu adab terpenting berdoa yang kerap diabaikan adalah: banyak meminta kepada Allah, tidak bosan berdoa, serta menghayatinya.

Karena itulah, kita temukan tidak sedikit redaksi doa Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam yang panjang redaksinya, dirincikan kandungannya, serta dipaparkan isinya secara detil.

Contohnya doa nabawi yang dituturkan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berikut ini,

“أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ مِنْ آخَرِ مَا يَقُولُ بَيْنَ التَشَهُّدِ وَالتَّسْلِيمِ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَسْرَفْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، أَنْتَ المُقَدِّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ”.

“Di antara doa yang biasanya terakhir dibaca Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam antara tasyahud dengan salam adalah:

“Allôhummaghfirlî mâ qoddamtu wa mâ akkhortu, wa mâ asrortu wa mâ a’lantu, wa mâ asroftu, wa mâ Anta a’lamu bihi minnî, Antal Muqoddimu wa Antal Mu’akkhiru, lâ ilâha illâ Anta”.

(Ya Allah ampunilah dosa-dosaku yang telah lampau dan yang akan datang. Dosa-dosa yang kurahasiakan dan kutampakkan. Dosa-dosa pribadiku dan yang mengandung unsur kezaliman kepada orang lain. Serta dosa-dosaku yang lebih Engkau ketahui. Engkaulah Yang Maha memuliakan dan menghinakan. Tidak ada yang berhak diibadahi selain Engkau)”. HR. Muslim.

Lihatlah bagaimana berbagai jenis dosa dirinci dengan detil di dalam doa di atas. Padahal, bisa saja kita berdoa dengan singkat, “Ya Allah ampunilah seluruh dosaku” dan selesai.

Namun karena saat itu adalah momen berdoa, merintih di hadapan Allah, upaya menampakkan penghambaan dan perasaan butuh kepada-Nya; maka mengingat berbagai jenis dosa secara detil; lebih mendatangkan kekhusyuan hati, dibandingkan berdoa secara ringkas dan global.

Contoh lain doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang senada dengan doa di atas, apa yang disampaikan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي سُجُودِهِ: اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ، دِقَّهُ وَجِلَّهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa membaca doa di dalam sujudnya,

“Allôhummaghfirlî dzanbî kullahu, diqqohu wa jillahu, wa awwalahu wa âkhirohu, wa ‘alâniyyatahu wa sirrohu”

(Ya Allah ampunilah seluruh dosaku. Yang kecil maupun yang besar. Yang dahulu maupun yang akan datang. Yang terlihat maupun yang dirahasiakan)”. HR. Muslim.

Yang semisal dengan dua doa di atas banyak di dalam hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Doa adalah ibadah. Semakin diperbanyak dan diperpanjang oleh hamba, niscaya akan semakin membantu penghayatan hati. Juga semakin menunjukkan perasaan butuhnya kepada Allah.

Satu hal yang sangat penting untuk membantu penghayatan adalah pemahaman. Yakni memahami doa-doa yang kita baca. Bagaimana mungkin kita bisa menghayati doa-doa yang kita baca, manakala kita tidak mengerti artinya? Maka mulai saat ini, luangkanlah waktu kita untuk mempelajari makna dari doa-doa yang kita baca!


Artikel asli: https://tunasilmu.com/silsilah-fiqih-doa-dan-dzikir-130-menghayati-doa/